Konbanwa, minna!

Liburan a la short getaway berdalih kondangan ke Jogja kemarin akhirnya gue mencoba menuangkan hasilnya pada tulisan kali ini. Sebelumnya, gue sempet cerita kalau masih awam banget soal review tempat yang berbau kulineran. Regardless, I’ve tried my best. If anything seems wrong in my post, kindly send your feedback through comment section. I’d be happy with that! *cheers*

Anyway, back to the topic.

To be honest, I’m not that coffee person type. Either way, I do like visit a coffee shop sometimes. Or, this is might be because my dearest bestie loveeee to spend time by chatting about everything. Sure, coffee shop is such a perfect place for date. *lol*

Kalau mau di flash back sih… kongkow pertama gue di coffee shop sudah dimulai sejak awal menjadi mahasiswi. Belakangan, semakin rutin karena ajakan Maristha. Dan ya, harus gue akui, kalo bukan karena ‘rongrongan’ doi, ogah banget sih gue keseringan ngopi. Cuan, gaes. Mihils! Wkwkwkwk

COUVEE JOGJA — CABANG JL. AHMAD DAHLAN

Short escape kemarin gue mendatangi coffee shop bernama Couvee. Tempat ini dipilih bukan atas referensi gue yang hype or somewhat, tapi justru karena rekomen temen blogger yang memang kita mau meet-up. Please, say your warmest regards to my new blogger fellas, Mbak Nadya and Mas Febri. 😀

Aksesibilitas menuju ke Couvee cabang Ahmad Dahlan ini sebenernya gampang. Cumaaa karena buta arah gue yang sangat akut, plus hp kentank yang maps-nya tidak berfungsi dengan baik, perjalanan ke Couvee ini sempet lamaaa banget. Salah jalan, cuy. Sedih akutu T__T

logo Couvee

Fyi, letak Couvee ini juga available via maps. Bisa klik disini. atau gampangnya, dari perempatan Nol Kilometer, kalian belok kiri aja. Kurang lebih 300 meter, di kiri jalan. Depannya Ngabean Parfum.

tampak dari luar

Begitu sampai, kita bakal disambut dengan bangunan bergaya modern minimalis tapi cukup homey. Hal yang gue sayangkan adalah sempitnya lahan parkir. Malah sebenernya, parkiran Couvee ini ‘merampas’ lahan trotoar. Saran gue sih ya, kalau kesini JANGAN pakai mobil. Motor adalah sebenar-benarnya solusi untuk jalan-jalan di Jogja. *kedipkedip*

please pardon us. yup it was me and mbak nad’s kelakuan XP

Interior di kafe ini juga cukup artistik. Ada bar untuk menunggu pesanan. Deretan kursi dan meja, serta satu ruangan khusus yang sepertinya juga bisa di-book buat acara khusus. Menu di Couvee juga beragam. Sesuai namanya, signature dari mereka sudah tentu olahan kopinya. Couvee ini juga punya menu khusus makanan yang disebut Couvee x HungryEd. Biar lebih jelasnya, bisa dicek di foto-foto berikut.

gue : “Mbak Nad, gincu kita samaan loh. Peachy nude gini uwu banget.” Mbak Nad : “iyaaa aku emang suka lipen warna begini”
ini. bukan. pose. sakit. gigi!

iya. ini. candid. hahahaa¬¬ makasih, mas feb. sudah membuat komuk saya tampak kalem :3

salah satu sisi bar Couvee

the menus

Matcha Latte ❤

Dari segi rasa, gue suka banget! Pesenan gue adalah Matcha Latte dan Ed’s Spaghetti Hot Tuna yang medium. Matcha-nya berasa, dan konsistensi latte-nya menurut gue juga pas. Nyegerin pulak! Tapi mungkin di lidah orang lain belum tentu ya. gampangnya sih, buat pecinta matcha garis keras macem gue ini yang suka medhit beli matcha di kafe rasa Matcha Latte-nya Couvee diatas Choc*olat*s Matcha. Padahal nih ye, rasa dari brand minuman instan itu juga udah enak parah!

Untuk spaghetti, rasanya memang enak. Ditambah lagi gue yang ketika itu lagi keroncongan parah, porsi medium aja udah cukup buat menenangkan ‘demo cacing’ di perut. Tekstur sphagetti-nya agak sedikiiitt oily. But, it was okay. Lagian udah ketutup dengan enaknya perpaduan hot tuna, kok. Hehehe

Oh, gue baru inget soal menu! Jadi nih, karena gue orangnya gampang haus, apalagi kalo temen yang diajak kongkow juga sama bawelnya, ketersediaan air putih adalah sebuah keharusan hakiki. Mutlak! Sayang beribu sayang, pas gue mau beli, Couvee ternyata ga menyediakan. Sementara gue ogah dong, pesen minuman berasa lagi. Untungnya sih, barista disana cukup pengertian. Entah karena tampang gue udah kaya onta dehidrasi atau apa, mbaknya ngasih air mineral gelas secara FREE alias gretong, sis. Yaudah deh ya, langsung setelah gue konfirmasi harga “beneran nih mbak, free?” cus minta tiga.

Satu buat gue sendiri, dua sisanya buat couple blogger yang ke-uwu-annya membuat envy. :3

Weladalah, pas iseng cerita sama Maristha, doi malah nyeletuk, “Wah, ngawur koe. Kui mesti stok minuman karyawan. Koe jaluk, berkurang deh minum mereka.”

Of course, as a teacher who double agent ahli ngeles laksana bajaj tentu saja gue membantah, “Lho, salahe sopo mosok ra sedia air putih. Kafe liyone ono, kok. Ra ketang regone mundak sithik.”

Ingatlah, wahai sanak saudara sebangsa setanah air.

Cewek selalu benar. Risda tidak pernah salah. Jika Risda salah, silakan kembali ke kalimat awal.

Begitu.

*lalu gue ramai-ramai dikeroyok massa*

Lanjuuutttttt.

By the way, Mbak Nad & Mas Feb pesennya masing-masing adalah Caffé Mocha dan Red Velvet Latte. Plus, camilan French Fries Bolognese. Kata mereka sih, enak juga. cumaaa mbak Nad sempet komen kalau minuman dia rasanya terlalu kopi (?) gitu. Gak sesuai sama ekspetasi dia. Mbak Nad, if you read this, please correct me if I’m mistaken your impression about that coffee. >,<

  Hal yang menurut gue kurang sreg pas nongki disini adalah… kemasan minuman dan makanannya.

I mean, c’mon. Gue tahu sih, Couvee ini konsepnya emang mirip restoran fast-food. Tapi, entah kenapa gue gak suka kalau kita makan di tempat dikasih plating yang sama dengan yang take away. Seperti yang bisa kalian lihat dari gambar-gambar yang udah gue attach. Bahkan sphagetti gue juga dikemas jadi ala rice box (atau bowl?) gitu, btw.

Apparently, few people might agree with this kind of idea. Yet, it’s just not suitable for me.

Well, selain soal lahan parkir dan plating yang kurang, gue juga agak senewen dengan keadaan toilet di Couvee. Bersih, emang. Tapi kesannya berantakan. Yes, I didn’t take any pictures of it for proof. But, trust me. Pertama kesana gue malah kaya “setdah ini berantakan amat yak WC-nya.”

Overall score untuk Couvee… 7,8/10.

ETERNITY COFFEE — BABARSARI, CATURTUNGGAL, SLEMAN.

Seperti yang sudah gue singgung di atas, belakangan ini tiap main ke Jogja gue hampir selalu ngafe. Pengaruh dari Maristha. And yup, coffee shop kali ini, Eternity, juga rekomen dia.

Berlokasi di Jalan terkutuk karena always macet Babarsari, sebenernya sih ya, gampang ditemukan. Silakan klik disini untuk direct ke Google Maps. Namun, lagi-lagi, berkat ‘jongkoknya’ pemahaman arah gue plus semrawutnya daerah Seturan-Babarsari, membuat gue rada kelimpungan. Tambahan lagi, begitu sampai di lokasi, gue juga KEMBALI harus berhadapan dengan minimnya lahan parkir. Geez… *face palm* Ya udah deh, mungkin pihak kafe harus lebih cermat dalam penataan ruang biar setidaknya ada lahan parkir yang proper. Nyesek juga sih kalau terus-terusan ambil bahu jalan. :’’)

Kalau di Couvee kita bakal dimanjakan dengan interior yang light, warm, dan cenderung modern-minimalis, Eternity punya sentuhan yang cukup ‘bold’. Mengusung warna dominan hitam dengan furnitur kayu dan besi berwarna senada, buat gue nuansanya lebih condong ke industrial looks.

Secara luas, gue cukup yakin hasilnya sama dengan Couvee. Bedanya, si Eternity ini tumbuhnya keatas. Di lantai dua, kita akan disambut tiga space yang terpisah. Balkon luar untuk smoking area, dan di area dalam lantai dua ada sofa yang ditata menempel dengan dinding dan satu area kecil a la bar dengan kursi dan meja Panjang.

Oh, before I forget, please forgive me for lack of photos in this café. To be honest, gue kesini karena emang pingin ngupi dan ngobrol sama Maristha. Jadi kelupaan ambil foto yang memadai dan proper untuk bahan review. But, worry not! Eternity punya ulasan yang lumayan oke di Google Maps, kok. Semisal dari review gue ternyata kurang, kalian bisa ceki-ceki dari sana. 🙂

Menu yang kita pilih itu Heavenly Oreo, French Fries (sumpah, dish satu ini udah kaya kewajiban tiap ngopi wkwkwk) sama satunya lagi minuman es kopi yanh gue lupa namanya. Kalo ga salah, Stairway to Heaven.

Untuk rasa si Heavenly Oreo buat gue, enak nyegerin. Kombinasi oreo di dalamnya bikin manis yang crunchy dan ga eneg. Cemilan kita, si French Fries ini somehow rasanya b aja. Cenderung kaya talas goreng malah. :’D Untungnya, tekstur masih nolong. Kriuk gurih gitu. Nah, minuman yang satunya, kalo yang kopi, itu pesenan Maristha, sih. Rasanya kopi banget. Pahit asli. Gue nyedot dikit aja berasa kaya minum es kopi di angkringan deket kampus. Hahaha

Heavenly Orea gue yang……… udah abis setengah baru inget perlu difoto wkwkw :))

Eternity menyediakan beberapa games dan buku-buku yang bisa killing time sambil nunggu pesanan kita komplit semisal kalian bosen kalo cuman ngandelin Wi-Fi. Nah, ngomong-ngomong soal nunggu pesanan, ada yang ‘memorable’ sih, pas kita kesini.

French Fries yang rasanya kurang buat gue~~

Ehem… gimana ya, jelasinnya? Rada aneh bin kocak aja sih, pas kita mencermati pelayanan di Eternity. Okelah, pas nunggu pesenan yang minum kita bakal disuruh nunggu di bar karena emang biasanya cepet diracik. Nah, kalau yang makanan, lazimnya, kalau di kafe itu hanya ada 1 lantai, barista pasti manggil nama kita tanda bahwa pesanan sudah ready. Well, di coffee shop dua lantai (atau lebih) yang pernah gue datangi sebelumnya, barista-lah yang mengantarkan pesanan kita. I don’t know why, mbak-mbak barista yang di Eternity kemarin itu naik ke lantai dua, terus Cuma manggil nama pemesan aja terus doi balik lagi ke bawah. Bingung dong, kita? Kayak, apasih manggil gitu malah dua kali kerja kenapa kaga dianter sekalian coba?

Herman, deh. Ckckck

Lucunya lagi, seolah ‘peka’ dengan julidan maut kita, pesanan setelah nama Maristha itu si mbaknya terus nganterin langsung ke orang lain. Gue sama Maristha langsung gercep komen,

“HAAA KET MAU NGONO KUI PENAK THO MBAAAK.”

Yang tentunya diucapkan pelan-pelan saja sebab kami tak ingin mendapat timpukan nampan atau celemek. :))) 

Begitulah, kengkawan. Kalau kalian merasa pengalaman kami ini biasa aja alias opo tho ra penting blas, ya sudah tak apa. Memang netizen maha benar. Pembuat review hanya hamba sahaya, kok. *sok baperrrr ini ceritanya wqwq*

Hal yang tidak kalah penting, —soal toilet, of course!—, menurut gue di Eternity sama ngeheknya dengan Couvee. Mana agak seret pula pintunya pas mau dikunci. Gak bisa aku diginiin, massss. -___-

Huft, baiklah reviewnya gue rasa sudah cukup sampai disini. Overall score untuk Eternity : 7/10 deh. Sampai jumpa di tulisan gue selanjutnya! Xoxo

Leave a comment